Sabtu, 28 Juni 2014

Hibridisasi Jagung

Hibridisasi Jagung”
 By : Baiq Mustainnah

A.      TUJUAN            :
     Tujuan praktikum ini adalah untuk menggabungkan sifat-sifat tetua yang baik dan meningkatkan keragaman genetik.
B.       TINJAUAN PUSTAKA
     Tujuan suatu program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan kombinasi genotif baru untuk diseleksi lebih lanjut sampai menghasilkan varietas baru yang lebih unggul. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kegiatan persilangan antara tetua jantan dan tetua betina yang memiliki gamet yang diinginkan yaitu melakukan hibridisasi. Hibridisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda komposisi genetiknya. Keturunan hasil hibridisasi akan mengalami segregasi pada F1 bila kedua tetuanya heterozigot, atau pada F2 bila tetuanya homozigot. Akibat terjadinya segregasi ini akan menimbulkan keragaman genetik yang selanjutnya dilakukan seleksi dan evaluasi terhadap karakter tanaman yang diinginkan (Nasir, 2001). Berbagai keberhasilan dalam program hibridisasi disebabkan karena pemilihan tetua yang tepat, perbaikan karakter hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap cekaman biotic dan abiotik, dan lain-lain sangat ditentukan oleh adanya gen-gen yang diinginkan tersebut pada tetuanya.
Tanaman jagung mempunyai kompisisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (Favoreble genes) pada genotif yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot (Kusmaningsari dkk., 2012).
Dalam melakukan hibridisasi harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur dkk., 2009).

C.      BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM
            Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Kertas kerodong
2.      Plastik transparan
3.      Alat tulis menulis (buku tulis, polpen)

D.      CARA KERJA
            Cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1.      Disiapkan alat dan bahan 
2.      Bunga jantan disungkup menggunakan kertas kerodong setelah mengeluarkan anthesis 
3.      Bunga betina yang dihibridisasi belum keluar dari pelepah daun
4.      Bunga betina disungkup menggunakan plastic transparan. 
5.      1 hari setelah disungkup, ditunggu siang untuk melakukan hibridisasi
6.      Bunga jantan dipotong
7.      Dicari bunga betina yang telah disungkup menggunakan plastic transparan
8.      Digoyang – goyang dalam plastik
9.      Di polinasi dengan cara menaburkan pollen ke pistill sampai rata
10.   Tanaman dikerodong dan diberi label tanggal dan naman
11.  Disteples bagian belakang tanaman yang dikerodong.



E.       PEMBAHASAN
     Hibridisasi dalam praktikum ini adalah hibridisasi pada tanaman menyerbuk silang. Tanaman yang dilakukan hibridisasi adalah tanaman jagung. Jagung yang merupakan tanaman monoceus (berumah satu) merupakan tanaman yang alat kelamin jantan (stamen) dan alat kelamin betina (Pistiill) berada dalam satu tanaman.
     Hibridisasi pada tanaman jagung dilakukan dengan cara memilih bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki sebelum rambut pada ujung tongkol keluar. Bunga betina yang akan diserbuki disungkup sebelum keluar dari pelepah daun. Bunga betina dibungkus atau disungkup menggunakan plastic transparan.
     Untuk bunga jantan (stamen) yang dipilih untuk menyerbuki bunga betina ditandai dengan tanda-tanda bunga jantan sudah mekar atau setelah keluar anthesis. Bunga jantan dikerodong menggunakan kertas kerodong. Setelah satu hari, bunga jantan siap disilangkan dan untuk memastikan diperolehnya tepung sari yang cukup, kantong kertas kerodong ditepuk atau digoyang-goyangkan untuk memperoleh tepung sari. Bunga betina yang siap diserbuki ditandai dengan keluarnya rambut diujungnya. Dalam hal ini bunga betina telah siap dsilangkan.
     Persilangan dilakukan dengan cara memindahkan bunga jantan dengan menaburkan pollen ke kepala puti (tongkol) secara merata. Baru kemudian mengkrodong tanaman yang telah dihibridisasi, disertai dengan label tanggal dan nama. Hasil hibridisasi dapat dilihat setelah 4 Minggu (1 bulan) Keberhasilan dalam program hibridisasi dapat disebabkan karena pemilihan tetua yang tepat, perbaikan karakter hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik, dan lain-lain sangat ditentukan oleh adanya gen-gen yang diinginkan tersebut pada tetuanya.

F.       KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah
1.      Hibridisasi penting dilakukan pada tanaman menyerbuk silang untuk menggabungkan sifat-sifat tetua yang baik dan meningkatka keragaman genetik.
2.      Hibridisasi pada tanaman jagung perlu diperhatikan langkah-langkah untuk mendapatkan hasil persilangan yang baik.
3.      Hibridisasi pada tanaman jagung dilakukan dengan cara menaburkan secara merata pollen dari bunga jantan ke bunga betina.
4.      Keberhasilan dalam program hibridisasi dapat disebabkan karena pemilihan tetua yang tepat, perbaikan karakter hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik,


DAFTAR PUSTAKA

Nasir M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi : Jakarta.

Kusmaningsari B.,Izfar A., Tanjung S., Wahyudi R. 2012. Hibridisasi Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar