“Hibridisasi Jagung”
By : Baiq Mustainnah
A. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini adalah untuk menggabungkan sifat-sifat
tetua yang baik dan meningkatkan keragaman genetik.
B. TINJAUAN
PUSTAKA
Tujuan
suatu program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan kombinasi genotif baru
untuk diseleksi lebih lanjut sampai menghasilkan varietas baru yang lebih
unggul. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kegiatan persilangan antara
tetua jantan dan tetua betina yang memiliki gamet yang diinginkan yaitu
melakukan hibridisasi. Hibridisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan
kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang
berbeda komposisi genetiknya. Keturunan hasil hibridisasi akan mengalami
segregasi pada F1 bila kedua tetuanya heterozigot, atau pada F2 bila tetuanya
homozigot. Akibat terjadinya segregasi ini akan menimbulkan keragaman genetik
yang selanjutnya dilakukan seleksi dan evaluasi terhadap karakter tanaman yang
diinginkan (Nasir, 2001). Berbagai keberhasilan dalam program hibridisasi
disebabkan karena pemilihan tetua yang tepat, perbaikan karakter hasil, mutu
hasil, ketahanan terhadap cekaman biotic dan abiotik, dan lain-lain sangat
ditentukan oleh adanya gen-gen yang diinginkan tersebut pada tetuanya.
Tanaman jagung mempunyai kompisisi
genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi
gen-gen unggul (Favoreble genes) pada genotif yang homozigot justru akan
berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya
rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru
diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot (Kusmaningsari
dkk., 2012).
Dalam melakukan hibridisasi harus diperhatikan: (1)
penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus
diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu
emaskulasi dan penyerbukan. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu
reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi.
Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya
kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini
diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur dkk.,
2009).
C. BAHAN
DAN ALAT PRAKTIKUM
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.
Kertas kerodong
2.
Plastik transparan
3.
Alat tulis menulis
(buku tulis, polpen)
D. CARA
KERJA
Cara kerja dalam
praktikum ini adalah :
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Bunga jantan disungkup menggunakan
kertas kerodong setelah mengeluarkan anthesis
3.
Bunga betina yang dihibridisasi
belum keluar dari pelepah daun
4.
Bunga betina disungkup menggunakan
plastic transparan.
5.
1 hari setelah disungkup, ditunggu
siang untuk melakukan hibridisasi
6.
Bunga jantan dipotong
7.
Dicari bunga betina yang telah disungkup
menggunakan plastic transparan
8.
Digoyang – goyang dalam plastik
9.
Di polinasi dengan cara menaburkan
pollen ke pistill sampai rata
10. Tanaman
dikerodong dan diberi label tanggal dan naman
11. Disteples
bagian belakang tanaman yang dikerodong.
E. PEMBAHASAN
Hibridisasi
dalam praktikum ini adalah hibridisasi pada tanaman menyerbuk silang. Tanaman
yang dilakukan hibridisasi adalah tanaman jagung. Jagung yang merupakan tanaman
monoceus (berumah satu) merupakan tanaman yang alat kelamin jantan (stamen) dan
alat kelamin betina (Pistiill) berada dalam satu tanaman.
Hibridisasi pada tanaman jagung dilakukan dengan cara memilih
bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki sebelum rambut pada ujung tongkol
keluar. Bunga betina yang akan diserbuki disungkup sebelum keluar dari pelepah
daun. Bunga betina dibungkus atau disungkup menggunakan plastic transparan.
Untuk bunga jantan (stamen) yang dipilih untuk menyerbuki bunga
betina ditandai dengan tanda-tanda bunga jantan sudah mekar atau setelah keluar
anthesis. Bunga jantan dikerodong menggunakan kertas kerodong. Setelah satu
hari, bunga jantan siap disilangkan dan untuk memastikan diperolehnya tepung
sari yang cukup, kantong kertas kerodong ditepuk atau digoyang-goyangkan untuk
memperoleh tepung sari. Bunga betina yang siap diserbuki ditandai dengan
keluarnya rambut diujungnya. Dalam hal ini bunga betina telah siap dsilangkan.
Persilangan
dilakukan dengan cara memindahkan bunga jantan dengan menaburkan pollen ke
kepala puti (tongkol) secara merata. Baru kemudian mengkrodong tanaman yang
telah dihibridisasi, disertai dengan label tanggal dan nama. Hasil hibridisasi
dapat dilihat setelah 4 Minggu (1 bulan) Keberhasilan dalam program hibridisasi
dapat disebabkan karena pemilihan tetua yang tepat, perbaikan karakter hasil,
mutu hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik, dan lain-lain sangat
ditentukan oleh adanya gen-gen yang diinginkan tersebut pada tetuanya.
F. KESIMPULAN
Kesimpulan yang
dapat diambil dari praktikum ini adalah
1. Hibridisasi
penting dilakukan pada tanaman menyerbuk silang untuk menggabungkan sifat-sifat
tetua yang baik dan meningkatka keragaman genetik.
2. Hibridisasi
pada tanaman jagung perlu diperhatikan langkah-langkah untuk mendapatkan hasil
persilangan yang baik.
3. Hibridisasi
pada tanaman jagung dilakukan dengan cara menaburkan secara merata pollen dari
bunga jantan ke bunga betina.
4. Keberhasilan
dalam program hibridisasi dapat disebabkan karena pemilihan tetua yang tepat,
perbaikan karakter hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik dan
abiotik,
DAFTAR
PUSTAKA
Nasir M. 2001. Pengantar
Pemuliaan Tanaman. Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi : Jakarta.
Kusmaningsari B.,Izfar A.,
Tanjung S., Wahyudi R. 2012. Hibridisasi Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik
pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen
Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar